PPU – Diskusi dengan calon pemimpin Penajam Paser Utara (PPU) dinilai mampu membuka cakrawala berpikir bersama, khususnya bagi generasi muda lokal. Selaras dengan wawasan dan pola pikir Pemkab PPU dalam menentukan program pembangunannya ke depan, utamanya dalam menyongsong hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dua dari tiga bakal calon bupati (bacabup) yang diundang hadir dalam agenda yang digelar dalam diskusi ini rangkaian kegiatan Dies Natalis Forum Keluarga Mahasiswa Kabupaten Penajam Paser Utara-Samarinda (FKMKPPU-SMR) Ke-22, di Gedung Graha Pemuda Penajam, Sabtu malam, (27/7/2024) tersebut. Yakni Mudyat Noor dan Desmon Hariman Sormin. Kemudian juga ada Achmad Fitriady, sebagai perwakilan tokoh masyarakat muda PPU.
Diskusi mengangkat tema ‘Peluang dan Tantangan Ibu Kota Nusantara, PPU Bisa Apa?’ dengan panduan moderator, Fadillah Marpuah. Ketiga narasumber menyampaikan pandangan dan motivasi untuk kemajuan pembangunan Benuo Taka dari berbagai sektor. Selain itu, interaksi dengan peserta yang hadir juga mampu menghidupkan diskusi sisi yang perlu disentuh pembangunan.
“Diskusi ini mampu membuka cakrawala berpikir dengan konkret. Karena keterlibatan masyarakat, pemuda dan tokoh-tokoh lokal PPU yang besar sangat diperlukan. Dan dengan adanya diskusi ini, memantik Kita bangkit dan bergerak, saling suport tanpa mengedepankan kepentingan politik,” ungkap Fitriady.
Sambungnya, termasuk juga langkah konkret yang harus dilakukan pemerintah daerah tentang pembangunan SDM lokal yang mampu bersaing. Mampu berada di garda terdepan dalam kemajuan di PPU bersamaan dengan kemajuan di IKN.
“Bukan pesimis dengan kondisi di lapangan. Mulai soal isu perampasan hak dan ruang hidup. Dalam hal ini, pemerintah harus hadir membantu menyampaikan keinginan masyarakat, bukan memaksa untuk percepatan dan tercapainya pembangunan IKN saja,” sebutnya.
Tak kalah penting, kehidupan sosial yang sejalan dengan berdirinya PPU juga patut menjadi perhatian bersama. Sebab itu mampu menjadi identitas daerah dalam menentukan pembangunan.
“Saya berharap ada manuskrip mencatatkan sejarah dari 4 kecamatan yang ada di PPU. Mulai dari Penajam yang merupakan bagian dari Kota Balikpapan, menuju Kabupaten Paser berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2002. Setelah terbitnya UU nomor 3 tahun 2020, maka Kecamatan Sepaku menjadi bagian dari Otorita IKN. Jadi PPU bukan lagi hanya sebagai teras saja, tapi selaras dengan pembangunan IKN, wajib pula pembangunan itu sama. Agara bukan lagi sebagai penyangga, tapi sama-sama dibangun dari infrastruktur yang seimbang,” jelas Fitriady.
Lebih lanjut, ia mengatakan kegiatan ini perlu terus diadakan. Selain menjadi sarana yang tepat dalam membicarakan isu-isu daerah, juga wadah penting untuk mempertemukan aspirasi masyarakat dan para calon pemimpin daerah.
“Kegiatan yang sangat positif. Sebenarnya kegiatan ini baik juga buat pemerintah, dalam mencari perspektif lain dalam melihat potensi yang ada di PPU, melihat peluang IKN dan banyak lagi. Termasuk juga untuk para pemimpin PPU masa depan,” tutupnya. (SBK)