PENAJAM – Pagelaran Festival Belian Adat Paser Nondoi kembali digelar di Penajam Paser Utara (PPU) tahun ini. Acara ritual kali ini masih diadakan secara terbatas dan mengangkat tema persatuan.
Acara akbar kebanggaan masyarakat PPU ini digelar selama empat hari pada 24 – 27 Oktober 2022, di Rumah Adat Kuta Penajam. Gelaran kali ini mengangkat tema khusus yang serupa dengan pengertian Bhinneka Tunggal Ika dengan bahasa Suku Paser, yaitu Mayang Aso Erai Tumpa, Kelapa Aso Erai Langgar (Walaupun Berbeda-Beda, Tetapi Tetap Bersatu).
“Alhamdulillah tahun ini kita bisa kembali menggelar acara adat Nondoi,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) PPU, Andi Israwati Latief, Rabu (19/10/2022).
Pada tahun 2020, Festival Nondoi tidak diselenggarakan karena Covid-19 melanda Tanah Air. Setahun berselang atau tahun 2021, pagelaran ini digelar kembali namun agak berbeda dari sebelumnya karena pandemi masih berlangsung.
Begitupun kali ini, kegiatan digelar dengan beberapa rangkaian yang terbatas. Namun tetap tidak mengurangi makna ritual atau upacara adat bersih-bersih kampung yang dikemas dalam bentuk festival.
“Ya belum bisa dibilang seperti acara normal, karena aslinya gelaran Nondoi ini 7 hari,” tutur dia.
Meskipun terbatas, berbagai kegiatan akan tetap hadir menyemarakkan festival. Mulai dari parade seni dan budaya yang diisi Tari Massal Mayang Aso Erai Tumpa, Kelapa Aso Erai Langgar, Tampilan Arang Juwata, Tepung Tawar, Larung Jakit dan bazzar UMKM.
Selain itu, ada juga berbagai lomba sepertu lomba Tari Kreasi Ronggeng untuk usia PAUD, lomba puisi Bahasa Paser untuk tingkat SD dan SMP, lomba Senam Ronggeng untuk SD, lomba pidato Bahasa Paser untuk SMP serta lomba cerdas cermat Paser untuk SMA.
Dalam penyelenggaraannya, Dinas Budpar PPU bekerja sama dengan Lembaga Adat Paser (LAP) dan segenap panitia penyelenggara Festival Belian Adat. Mereka yang selama ini terus konsisten dan aktif menyelenggarakan pagelaran pentas seni budaya Paser dalam rangka mempromosikan eksistensi seni budaya Adat Paser di kalangan masyarakat.
“Fstival ini merupakan aset yang sangat luar biasa, dan memiliki arti penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat suku asli Paser di PPU. Festival ini suatu acara yang dapat mengundang dan membuat ketertarikan, baik bagi masyarakat lokal maupun masyarakat di luar PPU untuk datang dan mengenal daerah kita. Terlebih saat ini daerah kita menjadi IKN (Ibu Kota Nusantara),” tutup Israwati. (Sbk)