PPU – Banjir di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) beberapa waktu lalu berdampak pada berbagai sektor. Salah satunya ke sektor pertanian hingga merugikan secara material pub immaterial.
Diketahui banjir yang terjadi pada 24 Juni 2024 kamarin yang masih berada di Kawasan Inti Pusat Pemerintaha (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN) lalu berhasil merendam pemukiman warga. Tak hanya itu, tak sedikit pula lahan pertanian yang ikut terendam selama beberapa hari.
Ketua Kelompok Tani Harapan Maju, Kelurahan Sepaku, RT 03, Nur Cholis menjelaskan sejak beberapa tahun lalu memang benar terdapat luapan air. Namun keadaannya terasa semakin parah setelah adanya Intake Sepaku.
Ia meyakini pembangunan infrastruktur tersebut menahan saluran air Sungai Sepaku. Makanya pada saat debit air bertambah karena curah hujan, luapan itu menggenangi kawasan yang ada di sekitarnya, pun berada di kawasan rendah.
Tentu saja hal itu merugikan dirinya dan anggota kelompok tani. Apalagi, masa-masa sekarang ini merupakan waktu para petani memasuki masa pembenihan. Untuk lahan yang terendam banjir sekira 15 hektare yang dikelola 10 petani.
“Ini tuh Kami sedang masa pembenihan, baru saja menyemai sudah terendam dua hari, harapannya ya pemerintah ada kontribusinya untuk bantu benih,” terangnya saat dalam acara pemberian bantuan oleh Pj Bupati PPU, Makmur Marbun pada Kamis (27/6/2024).
Nur Cholis juga mengatakan selain benih yang ikut hanyut bersama banjir, hand traktor untuk keperluan banjir juga rusak terendam. Totalnya terdapat 5 buah hand traktor yang rusak akibat terendam banjir.
“Benihnya ya habis terendam, kan masih dalam penyemaian. Ya untuk yang bangun intake ini juga harus ada kontribusi pergantian lah untuk Kami, setidaknya perbaikan (hand traktor) dan bibit,” tukasnya.
Belum lagi, terdapat petani hortikultura yang juga mengalami kerugian. Ada seperempat hektare lahan petani yang menanam ubi jalar juga turut terendam. Hal tersebut telah dapat dipastikan mengakibatkan kerugian bagi para petani.
“Belum lagi petani hortikultura yang lain, yang menanam sayur juga habis. Harapannya ya minimal memberikan bantuan untuk Kami yang mengalami dampak sosial,” tegasnya.
Selain itu, atas kejadian ini pihaknya juga merasa dirugikan secara immateril. Merasa kecewa dengan adanya dorongan agar petani dapat terus menanam dan meningkatkan produksi guna mendukung ketahanan pangan Nasional termasuk IKN.
“Minimal ya ada perbaikan, kan ya memang ada tertahan (airnya) karena intake walau nantinya juga dibangun saluran, tapi kan sekarang belum,” tutup Nur Cholis.
Penulis: Nelly Agustina
Editor: Robbi Syai’an