PPU – Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) berencana memotong alur laut distribusi logistik yang masuk ke wilayahnya. Upaya ini ditempuh untuk menekan harga berbagai komoditas luar daerah yang dipasarkan di Benuo Taka.
Pj Bupati PPU Makmur Marbun mengaku prihatin melihat harga-harga komoditi pasar yang dinilai cukup tinggi. Maka itu, ia berkomitmen untuk menemukan cara agar harga kebutuhan pokok masyarakat itu bisa ideal.
Dalam upayanya, ia berulang kali telah memanggil pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) yang berkaitan dengan itu. Mulai Dinas KUKM Perindag PPU, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan beberapa dinas lainnya.
“Saya berkali-kali ke pasar yang ada di Penajam ini. Saya lihat harganya lebih mahal, sayur, beras, minyak dan banyak lagi. Saya tahu, karena saya langsung ke pasar,” ucapnya dalam rapat Percepatan Pengendalian Inflasi daerah, Kamis (19/10/2023).
Bahkan dalam rapat bersama dengan Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Jakarta itu, ia turut membawa beberapa produk sayuran yang baru dibelinya di Pasar Induk Penajam. Ia men-display-nya di atas meja tempatnya memimpin rapat.
“Saya bawa biar mereka semua melihatnya. Itu tadi pagi Saya beli, sekaligus Saya memonitoring harga di pasar,” sebut Makmur.
Dari hasil evaluasinya selama sekira 3 pekan menjabat sebagai Pj Bupati PPU, ia memastikan penyebab tingginya harga komoditas pasar di PPU disebabkan panjangnya alur dstribusi logistik. Tercatat, setidaknya perlu 3 pelabuhan di Balikpapan yang disinggahi kapal pengangkut barang sebelum masuk ke PPU.
“Stiap masuk pelabuhan, ada ongkosnya Rp 3 ribu sampai Rp 10 ribu per kilogram, baru masuk ke PPU. Ya jadi mahal harganya. Makanya itu yang masuk Saya potong, Saya pangkas. Jadi bisa langsung masuk ke PPU, dan harganya jadi lebih murah,” bebernya.
Dari peta yang ditampilkan, setidaknya kapal logistik pertama kali masuk melalui Pelabuhan Semayang Balikpapan. Kemudian ke Pasar Pandan Sari Balikpapan lalu ke Pelabuhan Ferry Kariangau Balikpapan.
Setelah itu, barang-barang baru masuk ke PPU melalui Pelabuhan Ferry Penajam. Dalam setiap peralihan barang itu, setidaknya, harga barang meningkat dengan total sekira Rp 18 ribu per kilogram.
“Bagaimana tidak mahal jika seperti itu. Makanya yang saya rencanakan, barang itu bagaimana caranya langsung masuk ke PPU. Kita kan punya Pelabuhan Buluminung, kenapa tidak langsung ke situ saja,” tegas Makmur.
Adapun dalam rapat kali ini, selain Inkoppas Jakarta turut pula dihadirkan perwakilan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan OPD terkait. Kemudian juga para agen-agen barang yang ada di PPU.
“Saya mau mereka menyampaikan apa permasalahannya, agar rencana itu bisa direalisasikan. Saya minta bantuan Inkoppas, Bulog dan para agen untuk bekerjasama,” ungkapnya.
Dari rapat itu, pengumpulan data lebutuhan berbagai komoditas dikumpulkan. Agar rencana pemangkasan alur distribusi barang ke PPU bisa diwujudkan.
Semua pihak menyepakati dan menyetujui rencana itu. Pun dipastian kerja sama dengan Inkoppas Jakarta dipastikan berlanjut, berperan sebagai pengepul beberapa barang itu.
“Saya juga dibantu oleh para agen, dan dipinjamkan gudang logistik ukuran 30 x 40 meter. Saya tidak bisa menarget, karena ini hal yang tidak mudah. Semoga rencana ini bisa cepat direalisasikan,” pungkas Makmur. (ADV/SBK)