NUSANTARA – Akses jalan tani di RT 12 Desa Sukomulyo, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, putus akibat derasnya luapan air yang berasal dari kawasan bendungan Sepaku-Semoi. Jalan yang sehari-hari digunakan warga untuk menuju ratusan hektare kebun kelapa sawit itu kini tak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat.
Wilayah ini memang tidak masuk penetapan lokasi (penlok) proyek bendungan tahap awal, namun karena areanya beririsan, maka kena imbasnya.
Peristiwa itu pun terjadi menyusul jebolnya tanggul pada jalur jalan yang biasa dilewati warga. Air yang mengalir deras usai hujan lebat beberapa hari terakhir mendorong tanggul hingga ambrol. Padahal, pada badan jalan telah dipasangi gorong-gorong jenis corrugated steel pipe (CSP), namun diperkirakan diameter gorong-gorong tersebut tak sanggup menampung volume air yang mengalir.
Beberapa hari ini, curah hujan di wilayah Sepaku memang sedang tinggi-tingginya. Pemerintah desa setempat berharap segera ada penanganan dari pihak terkait. Untuk penanganan sementara, warga secara swadaya memancang turus ulin agar menahan longsor.
Berdasarkan informasi yang diterima Media Kaltim, titik lokasi kejadian ini masuk dalam rencana areal perluasan bendungan. Bahkan sudah pernah dilakukan pengukuran lahan.
Lokasi jalan putus dan tanggulnya jebol ini terletak kurang lebih 1 kilometer dari pemukiman warga di RT 12 Sukomulyo. Di areal itu, terdapat kebun-kebun kelapa sawit milik warga yang jumlahnya ditaksir ratusan hektare. Disebutkan, banyak yang sudah dibebaskan lahannya, dengan perjanjian petani-petani di sekitarnya dibikinkan jalan.
Imbasan air proyek bendungan ini, merendam batang-batang tanaman kelapa sawit. Sehingga sebagian warga kerap mengaku kesulitan saat memanen buahnya.
Jalan yang dibuat dengan tanggul yang cukup tinggi itu difungsikan sebagai jalan atau lintasan keluar masuk kendaraan roda 4 dan roda 2 untuk muat hasil panen sawit.
Sekarang, Jalan Tani yang konon menjadi satu-satunya akses panen sawit itu kini sementara tak bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. Maka, warga, ketua RT dan kepala dusun setempat harus kerja keras bergotong royong memperbaiki.
Puluhan turus kayu ulin bekas tanaman merica dipancang warga di pinggir tanggul untuk menahan tanah longsor. Pancangnya dibantu excavator mini untuk menekan turus biar lebih gampang dan menancap dalam.
Langkah itu dilakukan sebagai antisipasi agar derasnya arus akibat luapan air, ditambah hujan deras tidak menggerus tanah lagi jadi semakin parah.
Salah seorang warga, Bejo, mantan Ketua RT 12 mengungkapkan bahwa lokasi jalan yang putus berjarak sekitar 1 kilometer dari permukiman. Ia pun mengunggah informasi itu di story WhatsApp-nya. Untungnya, peristiwa itu jaraknya agak jauh dari pemukiman warga.
“Sekitar satu kilo meter dari pemukiman,” terang Bejo ketika dihubungi Media Kaltim.
Meskipun aman dari pemukiman, kata dia, imbasnya lalu lintas kendaraan roda empat yang panen buah sawit tetap terganggu. “Kendalanya lintas jalan mobil sawit,” ucap mantan ketua RT 12 ini.
Ia juga memasang kembali di story WhatsAppa-nya, Minggu (18/5/2025). Tampak dalam video, beberapa orang tengah melakukan perbaikan, seperti menata, dan menancapkan kayu turus untuk menahan longsor.
Ketua RT 12 Sukomulyo, Giran, membenarkan bahwa kerusakan jalan ini membuat warga tidak bisa mengakses kebun sawit mereka. “Iya mas,” tegasnya.
Ditanya lagi, apakah pemerintah desa sudah mengupayakan tindakan penanganan lebih lanjut? “Sudah. Desa nunggu alat PU (UPT Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Sepaku, red.),” tandasnya.
Sambil menunggu alat UPT PU, kata Giran, warga bekerja bakti mengumpulkan bambu, Sabtu (17/5/2025) lalu.
Sementara itu, lanjut dia, pemerintah desa sudah menyurati BWS Kalimantan IV terkait hal ini, namun, kata dia, belum ada penanganan. “Desa sudah bersurat ke BWS sejak 24 April,” ujarnya.
Kepala Dusun III Sukomulyo, Novi Andari membenarkan peristiwa jalan putus itu. Menurutnya, saat ini warganya tidak bisa menggunakan akses jalan tersebut untuk ke ladang.
Bahkan, Pemerintah desa sudah menyurati Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV sejak 24 April lalu, namun belum ada penanganan hingga kini. Selain itu, desa sudah berkoordinasi juga dengan pihak terkait yang menangani bendungan Sepaku-Semoi. “Iya kami sudah juga koordinasi sama bagian yang ngurus bendungan,” tegasnya.
Media Kaltim mencoba meneruskan berita mengenai kondisi di Sukomulyo ini kepala PPK Sungai dan Pantai BWS Kalimantan IV melalui PPK Sungai dan Pantai, Luden, melalui pesan WhatsApp, Minggu (18/5/2025) malam.
Ia nampak terkejut, lalu meminta gambaran bagaimana yang terjadi di lapangan. Media ini lantas mengirimkan beberapa foto dan video.
“Baru dapat info ini saya,” terangnya.
Ia lalu bergegas menelusuri hal ini ke PPK Bendungan Sepaku-Semoi. “Coba saya cek ke temen-temen bendungan pak,” ujar Luden.
Tak lama, ia memberi info lanjutan. “Info teman-teman, bendungan segera ditangani, Pak,” tandasnya.
Tak hanya itu, Luden pun membantu Media Kaltim untuk menghubungi Lukman selaku perwakilan pihak PPK Bandungan Sepaku-Semoi.
Lukman menjelaskan bahwa jalan yang rusak merupakan bagian dari akses usaha tani yang masuk area pembebasan lahan di Tahura. “Putus karena kondisi banjir tempo hari lalu. Saat ini dari penyedia sedang proses untuk mobilisasi alat untuk penanganan sementara,” pungkasnya.
Pewarta : Rizky Maulana
Editor : Nicha R