PPU – Komunitas scooterist dari berbagai daerah di Indonesia akan berkumpul di Lapangan Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dalam ajang Mods May Day Bervespa di Nusantara #2, yang akan digelar pada 17–18 Mei 2025. Acara ini menjadi bentuk perayaan budaya Mods, gaya hidup retro, sekaligus ajang silaturahmi antar komunitas Vespa di seluruh Nusantara.
Ketua Panitia Mods May Day #2, Rasid, mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada komunitas Vespa, tetapi juga ingin memberikan ruang ekspresi bagi seni, budaya, dan ekonomi kreatif di PPU, khususnya wilayah Sepaku.
“Mods May Day ini adalah momen silaturahmi antar scooterist, tapi juga kami jadikan sebagai platform memperkuat pariwisata budaya dan gerakan sosial. Kami ingin Sepaku dikenal sebagai tuan rumah yang kreatif dan ramah komunitas,” ujar Rasid, Rabu (15/5/2025).
Dalam gelaran tahun ini, Mods May Day menghadirkan konsep yang lebih luas dibandingkan pelaksanaan pertama. Selain exhibition Vespa klasik dan modifikasi, juga akan digelar Rolling City, expo UMKM, pembagian sembako, live music, fun games, serta berbagai aktivitas sosial.
Rasid menjelaskan bahwa acara ini menargetkan partisipasi ratusan scooterist dari berbagai provinsi di Indonesia. “Antusiasme luar biasa datang dari komunitas Vespa se-Kalimantan Timur. Dukungan Camat Sepaku dan berbagai sponsor lokal juga memberi semangat besar bagi panitia,” tambahnya.
Meski demikian, ia mengakui tantangan terbesar dalam persiapan acara adalah terkait penggalangan dana, logistik, serta pengamanan acara yang melibatkan komunitas lintas daerah.
Mods May Day sendiri diharapkan bisa menjadi agenda tahunan komunitas scooterist Sepaku. Rasid menyebut panitia memiliki visi jangka panjang agar kegiatan ini terus berkembang dan memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya bagi masyarakat.
“Harapan kami, Mods May Day tidak hanya jadi hiburan, tapi juga wadah edukasi dan penguatan kolaborasi generasi muda. Semoga ini jadi langkah positif untuk mempromosikan Sepaku sebagai destinasi budaya alternatif di PPU,” tutupnya.
Penulis: Robbi Lalat