spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Wayang Kulit Semalam Suntuk Tutup Meriah Festival Seribu Ketupat Desa Wonosari PPU

PPU – Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, menggelar Festival Seribu Ketupat sebagai bagian dari upaya membangun desa wisata yang mandiri, tertata, dan inovatif. Kegiatan yang berlangsung sejak 24 hingga 26 Mei 2025 ini dipusatkan di Gedung Olahraga (GOR) Desa Wonosari dan mendapat sambutan hangat dari ribuan masyarakat yang memadati lokasi acara.

Kepala Desa Wonosari, Kasiyono, menjelaskan bahwa Festival Seribu Ketupat bertujuan mengembangkan kesenian, budaya lokal, sekaligus memperkuat sektor UMKM di desa.

“Melalui festival ini, kami ingin mengenalkan potensi Desa Wonosari, baik dari sisi wisata maupun produk lokalnya. Ini menjadi momen penting untuk memperkuat pertumbuhan UMKM dan promosi desa wisata,” ujar Kasiyono saat ditemui di sela-sela acara.

Festival ini juga dirangkai dengan kegiatan Gebyar UMKM, di mana para pelaku usaha kecil diberikan ruang untuk memperkenalkan produk mereka, mulai dari oleh-oleh khas Goa Tapak Raja hingga aneka kuliner lokal.

Kasiyono mengungkapkan, ide Festival Seribu Ketupat bermula dari tradisi Tasakuran 1000 Ketupat yang pertama kali digelar pada 28 Mei 2022, bertepatan dengan 27 Syawal 1443 Hijriah. Sejak itu, tanggal 27 Syawal setiap tahunnya ditetapkan sebagai peringatan Festival Seribu Ketupat di Wonosari.

Baca Juga:   Komunitas Honda Beat PPU Bagi Takjil ke Pengendara dan Masjid di Petung

“Ini sudah menjadi agenda tahunan. Tahun ini adalah penyelenggaraan keempat, dan setiap tahun antusiasme masyarakat selalu luar biasa,” tambahnya.

Sebagai puncak acara, festival akan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang menampilkan dalang Ki Budi Asmoro. Lakon yang dibawakan bertajuk Semar Mbangun Taman Maeroko Koco, sebuah cerita klasik yang sarat makna filosofis tentang perjuangan dan keteguhan.

Kepala Desa Wonosari, Kasiyono (baju hitam) saat membuka Festival Seribu Ketupat yang berlangsung 24–26 Mei 2025. (Istimewa for MKNN)

Kasiyono berharap, melalui Festival Seribu Ketupat, Desa Wonosari semakin dikenal luas sebagai desa wisata, sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah dinamika modernisasi. Ia juga menegaskan komitmennya untuk terus mendukung pengembangan UMKM lokal sebagai pilar ekonomi desa.

“Kami ingin Desa Wonosari tumbuh bukan hanya secara ekonomi, tapi juga tetap menjaga budaya dan jati dirinya,” pungkasnya.

Penulis: Robbi Syai’an

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER