PPU – Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) melakukan kunjungan kerja ke Bali untuk mempelajari pengelolaan ekowisata mangrove sebagai bagian dari upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Langkah ini menjadi penting, mengingat potensi mangrove di PPU yang luar biasa besar namun belum tergarap secara optimal.
Kunjungan tersebut melibatkan audiensi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bali serta Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Unda Anyar. Dalam kunjungan ini, rombongan Pemkab PPU mendapat penjelasan terkait strategi pengembangan ekowisata mangrove yang telah sukses diterapkan di Bali.
“Kami ingin belajar dari Bali, khususnya bagaimana memadukan aspek konservasi dan ekonomi dalam pengelolaan ekowisata mangrove. Potensi ini sangat relevan dengan PPU,” ujar Nicko Herlambang, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkab PPU, Sabtu (25/1/2025).
Nicko menyoroti bahwa meski tantangan yang dihadapi PPU berbeda, prinsip-prinsip dasar konservasi tetap menjadi fokus utama. Ia menyebutkan bahwa program seperti festival mangrove dan pelatihan ecoprint bisa menjadi inspirasi yang diadaptasi untuk daerah PPU.
Lebih jauh, Pemkab PPU berkomitmen untuk memanfaatkan hasil kunjungan ini sebagai acuan kebijakan pembangunan ekowisata berbasis mangrove. “Pengelolaan mangrove yang berkelanjutan dapat berfungsi ganda: menjaga ekosistem sekaligus mendorong perekonomian masyarakat,” tambahnya.
Dalam kunjungan ini, hadir pula Kadis Pariwisata PPU, Andi Wati, Kadis KUKMPerindakop PPU, Margono, serta rombongan TP PKK PPU. Rombongan ini disambut oleh Kepala Bidang Pengembangan, Pemanfaatan, Penggunaan, Perlindungan Hutan, dan KSDAE DLHK Bali.
Bali sendiri telah membuktikan bahwa ekowisata mangrove mampu membawa dampak positif di berbagai aspek. Dalam aspek lingkungan, ekowisata mangrove melestarikan hutan mangrove sebagai penyaring polutan dan habitat flora serta fauna.
Secara sosial, masyarakat dilibatkan dalam aktivitas seperti edukasi wisata hingga produksi oleh-oleh berbasis mangrove. Bahkan, aspek spiritual pun tersentuh melalui pemanfaatan kawasan mangrove untuk ritual adat.
Langkah ini diharapkan mampu memperkuat daya tarik wisata sekaligus mendukung tujuan PPU dalam membangun pariwisata berbasis konservasi yang berkelanjutan.
“Kerja sama lintas daerah seperti ini sangat penting untuk mendorong pembangunan ekowisata mangrove yang lebih komprehensif di PPU,” pungkas Nicko. (*SBK)