PPU – Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Andi Singkerru, membuka lomba permainan tradisional bertajuk “Back to 80’s”. Kegiatan yang berkolaborasi dengan Komite Ekonomi Kreatif (Ekraf) PPU ini digelar di Lapangan Stadion Panglima Sentik, Jumat (13/12/2024), dan berlangsung selama tiga hari.
Kegiatan tersebut bertujuan mengenalkan kembali permainan tradisional yang mulai dilupakan oleh generasi muda, seperti Gerobak Sodor, Cinaboy, Bentengan, dan lompat karet. Peserta lomba terdiri dari ratusan siswa SD dan SMP se-Kabupaten PPU.
Kepala Disdikpora Andi Singkerru, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif ini yang dianggap mampu memberikan hiburan sekaligus mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan keterampilan fisik.
“Permainan tradisional ini bukan hanya nostalgia, tetapi juga sarana pelestarian budaya dan olahraga. Dengan memperkenalkan kembali permainan ini, kita memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk merasakan dan memahami nilai-nilai tradisi,” ungkap Andi Singkerru.
Ia juga menyoroti pergeseran perilaku anak-anak dan remaja saat ini yang lebih banyak terfokus pada gawai dibanding aktivitas fisik.
“Gadget memang penting di era modern, tetapi jangan sampai budaya kita terlupakan. Permainan tradisional ini memberikan manfaat lebih dari sekadar hiburan; ada pelajaran kerja sama, strategi, dan kesehatan fisik,” tambahnya.
Antusiasme peserta terlihat selama perlombaan berlangsung. Setiap tim siswa menunjukkan semangat dan kebersamaan dalam bermain, yang mencerminkan nilai-nilai positif yang diusung oleh permainan tradisional.
Lomba “Back to 80’s” ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkenalkan kembali warisan budaya lokal kepada generasi muda di PPU, sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya melestarikan tradisi di era modern.
Sementara itu, Ketua Ekraf PPU, Rizal Ramadhan, menilai bahwa lomba ini sejalan dengan visi ekonomi kreatif yang ingin menghidupkan kembali elemen budaya lokal dalam kehidupan masyarakat.
Ia juga menyebut bahwa permainan seperti ini dapat menjadi peluang pengembangan ekonomi kreatif di masa depan, di mana unsur tradisi dapat diintegrasikan dalam sektor pendidikan dan pariwisata.
“Permainan tradisional adalah bagian dari identitas budaya kita. Dengan kegiatan ini, kami berharap anak-anak tidak hanya terhibur tetapi juga termotivasi untuk lebih aktif secara fisik dan mencintai budaya lokal,” tutup Rizal. (*SBK)