Menurut Mudyat Noor, stunting tidak hanya berkaitan dengan gizi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi kemiskinan masyarakat. Mudyat menegaskan perlunya distribusi pendapatan yang merata, perlindungan sosial, dan penciptaan lapangan kerja sebagai strategi dasar dalam mengentaskan kemiskinan.
“Pengentasan stunting tidak cukup hanya dengan program gizi. Kami memprioritaskan pengentasan kemiskinan dengan distribusi pendapatan dan perlindungan sosial yang adil,” jelas Mudyat.
Pasangan ini menyoroti akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum sebagai fondasi utama dalam meningkatkan kualitas hidup. Dalam upaya jangka panjang, Mudyat-Win menyebutkan bahwa peningkatan ekonomi masyarakat adalah langkah penting untuk menurunkan angka stunting.
“Pengentasan kemiskinan harus dilakukan dengan strategi pembangunan berbasis kerakyatan yang mengutamakan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur,” tambah Mudyat.
Mereka meyakini bahwa pemberdayaan ekonomi akan memungkinkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi anak secara berkelanjutan, yang akan berdampak pada penurunan angka stunting.
“Kemiskinan yang berkurang seiring peningkatan ekonomi akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menekan angka stunting,” tegasnya.
Mudyat-Win juga menekankan pentingnya pembukaan lapangan kerja untuk menurunkan tingkat pengangguran di PPU. Pasangan ini berkomitmen menciptakan kondisi yang mendorong masyarakat PPU memiliki pekerjaan layak dan pendapatan stabil.
Sebagai pintu gerbang Ibu Kota Negara (IKN), Penajam Paser Utara memerlukan strategi pembangunan yang terfokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi. Mudyat-Win optimistis, dengan langkah yang tepat, masyarakat PPU akan lebih siap menghadapi masa depan yang lebih baik.
“Komitmen kami dalam pengentasan kemiskinan untuk mengatasi stunting di PPU diharapkan memberi solusi konkret bagi kesejahteraan dan kesehatan anak,” pungkasnya. (SBK)