SAMARINDA — Proyeksi penurunan dana fiskal untuk Kalimantan Timur pada 2026 dari Rp20 triliun menjadi Rp18 triliun tak membuat legislator PKS Firnadi Iksan gentar. Ia menilai kondisi tersebut masih dinamis dan percaya bahwa Kaltim memiliki fondasi fiskal yang kuat untuk bangkit.
“Setiap tahun pasti ada dinamika dalam pendapatan daerah. Angka itu belum final, masih bisa berubah seiring perkembangan,” ujar Firnadi saat ditemui di Gedung DPRD Kaltim.
Legislator dari Daerah Pemilihan Kutai Kartanegara itu menyebutkan, meski ada ancaman penyusutan dana dari pusat, Kalimantan Timur tetap memiliki daya tahan fiskal berkat kontribusi besar dari sektor migas dan non-migas.
“Kita tidak perlu panik. Potensi pendapatan kita masih besar. Saya yakin akan ada rebound fiskal dan angka Rp20 triliun masih sangat mungkin tercapai,” jelas Ketua Fraksi PKS itu.
Meski begitu, Firnadi mengingatkan agar ketergantungan pada dana pusat tidak berlarut. Ia mendorong Pemprov Kaltim untuk memperkuat pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor lain yang belum tergarap maksimal, seperti perkebunan, perikanan, dan peternakan.
“Perkebunan sawit dan kelapa memiliki prospek cerah. Bahkan usulan pengembangan perkebunan kelapa kembali mencuat karena pasar domestik dan ekspornya masih terbuka,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Firnadi juga menekankan pentingnya mengembangkan industri hilir dari sektor utama seperti migas dan batu bara. Menurutnya, produk olahan dan jasa turunan bisa menjadi sumber PAD baru yang menjanjikan.
“Industri hilir ini masih kurang tersentuh. Padahal inilah yang bisa menjadi pengungkit kemandirian fiskal kita,” pungkasnya. (adv)
Editor: Agus S