spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Harapan Petani PPU untuk Kepala Daerah Baru, Normalisasi Sungai hingga Harga Gabah Stabil

PPU – Bupati dan Wakil Bupati Penajam Paser Utara, Mudyat Noor dan Waris Muin, akan mulai bekerja pada Senin (3/3/2025) setelah menjalani serangkaian kegiatan pelantikan dan retret kepala daerah. Menjelang hari pertama kerja, warga setempat memberikan sejumlah harapan agar kepemimpinan baru ini memperhatikan berbagai sektor, termasuk pertanian dan lingkungan yang dianggap penting bagi kehidupan masyarakat.

Salah satunya, Siti Rukayani (40) perempuan asal Desa Sesulu Kecamatan Waru yang berharap kepemimpinan baru ini dapat memperhatikan beberapa sektor termasuk pertanian dan lingkungan.

“Ini perlu normalisasi sungai segera, dikarenakan kalau sudah banjir petani ini nggak bisa panen,” ungkapnya, Minggu (2/3/2025).

Diakui, desanya memang kerap mendapat bantuan berupa pupuk, racun, dan alat pertanian karena menjadi salah satu daerah yang menerima program Brigadir Pangan dari TNI. Akan tetapi, banjir yang disebabkan oleh penyempitan dan pendangkalan Sungai Sesulu mengakibatkan terhambatnya proses panen. Banjir ini juga diperparah oleh air yang mengalir dari PT WKP dan air pasang.

“Jadi percuma dapat bantuan kalau kenyataannya nggak bisa dipanen. Harapannya ya bisa di normalisasi hingga ke RT 008,” terangnya.

Baca Juga:   Otorita IKN Luncurkan Program Pelatihan Coding Mum, Coding Difabel, dan Solar Mum Batch II

“Apalagi sebelumnya di tahun 2021-2024 itu kami tidak bisa panen karena air dari tambang juga, jadi baru bisa hidup di tahun 2025 ini. Jadi airnya kalau tidak ke RT 001 ya ke pantai,” tambahnya.

Siti mengatakan, banjir paling sering terjadi jika musim penghujan tiba. Bahkan tak jarang banjir juga menggenangi kantor Desa Sesulu. “Makanya perlu sekali normalisasi sungai itu,” imbuhnya.

Di sisi lain, Habibi (42), warga Kecamatan Babulu, juga menyoroti masalah di sektor pertanian, terutama soal harga gabah. Ia berharap agar harga gabah yang ditetapkan Kementerian Pertanian (Kementan) sebesar Rp 6.500 per kilogram dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu para petani.

“Ya harus memastikan itu. Harapannya ini benar-benar berjalan di masyarakat,” tegasnya.

Selain itu, Habibi juga menekankan perlunya perbaikan infrastruktur, seperti jalan usaha tani yang saat ini sangat becek dan sulit dilalui saat musim hujan.

“Otomatis ya membebani petani, dikarenakan biaya produksi akan meningkat jika ditambah dengan biaya angkut,” terangnya.

Baca Juga:   IKN Dibuka Untuk Umum, Wajib Registrasi Via IKNOW

Habibi juga menjelaskan saat ini para petani menggunakan jasa ojek untuk mengeluarkan gabah dari lahan pertaniannya. Harga satu karungnya mencapai Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per karung. Sedangkan menurutnya, harga gabah Rp 6.500 per kilogram tersebut masih belum dapat dipastikan.

“Jalan usaha taninya nggak sampai ke lahan, perlu pemadatan juga pelebaran. Paling tidak ya dikasih batu agar bukan hanya mudah untuk mengangkut tetapi juga mudah untuk membawa alat pertanian seperti traktor,” terangnya.

Ia memahami adanya instruksi bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani bahwa gabah yang dihasilkan nantinya akan dibeli oleh Bulog. Maka diharapkan, para petani harus berkoordinasi dahulu dengan Babinsa setempat dan juga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

“Jadi ya mesti harus dipastikan juga Bulog-nya amanah menjalankan instruksi tersebut, termasuk memastikan harga belinya sesuai,” tutupnya.

Penulis: Nelly Agustina
Editor: Nicha R

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER