spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejuk Soroti Pentingnya Verifikasi Pemberitaan Kasus Kekerasan Seksual Anak

PPU – Manager Advokasi Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), Tantowi Anwari, menyoroti pentingnya verifikasi dalam pemberitaan kasus kekerasan seksual, terutama untuk menghindari asumsi yang berpotensi menyudutkan kelompok tertentu.

“Verifikasi oleh media sangat penting. Sungguh ngeri asumsi-asumsi yang menyudutkan komunitas queer,” ujar Tantowi, Jumat (27/12/2024), melalui pesan WhatsApp.

Tantowi menyarankan agar media yang meliput kasus kekerasan seksual merujuk pada data resmi dari Kepolisian Resor (Polres) untuk memastikan keabsahan informasi.

“Jika tidak ada data yang valid, itu artinya hanya gosip. Kalau benar ada 11 korban anak SD, lalu siapa pelakunya? Data seperti itu harus konkret,” tegasnya.

Ia juga menegaskan perhatian utama seharusnya tertuju pada tindakan kekerasan seksual itu sendiri, bukan pada orientasi seksual pelaku.

Bahkan, keputusan untuk mengaitkan pelaku dengan identitas queer itu jelas salah kaprah. Karena, Pedofilia adalah kejahatan serius, yang dapat dilakukan oleh individu heteroseksual maupun homoseksual. Perilaku seksual dan orientasi seksual adalah dua hal yang berbeda.

“Jadi jangan mengaitkan dengan queer, cukup pada tindakan kejahatan seksualnya. Sebab perilaku seksual (termasuk kejahatan seksual) dengan orientasi seksual itu berbeda. Pedofilia bisa dilakukan homoseksual dan heteroseksual,” paparnya.

Baca Juga:   Pemkab PPU Gelar Rembuk Stunting Kabupaten dan RAN PASTI 2021-2024

Tantowi mengingatkan agar setiap institusi yang disebut, termasuk sekolah, perlu dikonfirmasi langsung. Ia menyebut beberapa kasus di masa lalu sebagai contoh buruk pemberitaan yang tidak terverifikasi.

“Contohnya kasus di Pekanbaru, di mana beredar kabar tentang grup Facebook (FB) gay di SD yang ternyata tidak ada. Tapi beritanya sudah terlanjut diangkat,” ujar Tantowi.

“Seperti juga di Garut 2018 yang memberitakan terdapat grup FB gay yang anggotanya ribuan anak SMP dan SMA dan tersebar di media arus utama. Pada akhirnya polisi menyebut tidak ada group FB maupun WhatsApp (WA) tentang gosip-gosip yang menyudutkan kawan-kawan komunitas queer,” lanjutnya.

Oleh sebab itu, Ia mengimbau agar ke depannya media ataupun masyarakat untuk lebih hati-hati dalam menanggapi isu sensitif yang dapat merugikan komunitas tertentu dan mengalihkan perhatian dari isu utama, yaitu kekerasan seksual terhadap anak.

“Fokus saja pada kejahatannya, jangan mencampuradukkan dengan orientasi seksual yang tidak relevan,” tutupnya.

Pewarta : Nelly Agustina
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER