PPU – Lagi-lagi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di RT 16 Kelurahan Petung, Penajam, Penajam Paser Utara (PPU). Kelurahan Petung mengimbau seluruh warganya untuk mewaspadai setiap potensi yang menyebabkan titik api muncul.
Sedikitnya, pada musim kemarau kali ini sudah keempat kalinya wilayah itu terbakar. Menyebabkan sudah sekira 20 hektare lahan di sana hangus terbakar.
Terbaru, Kamis (31/8/2023), perisitiwa karhutla terjadi sekira pukul 14.00 Wita. Tim gabungan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU berjibaku sekurang-kurangnya selama 7 jam 30 menit karhutla sepenuhnya terkendali.
Berbagai kendala dihadapi tim yang terdiri dari BPBD PPU, Distan PPU, Satpol-PP PPU, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Kodim 0913/PPU, Polres PPU, Pospol Damkar Petung, DPKP PPU dan Aparat Kelurahan Petung. Yaitu lokasi kejadian yang tidak dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.
Aksesnya terbatas. Hanya membuat petugas hanya dapat mobilisasi dan demobilisasi peralatan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan berjalan kaki. Makanya proses pemadaman berlangsung hingga malam tiba.
Jadi, hanya dapat memaksimalkan kerja 3 unit mesin air portable milik BPBD dan Distan PPU saja. Serta ada 1 unit mobil tangki Distan PPU yang mendistribusikan air dari luar jangkauan.
“Pemadaman dilakukan dengan cara manual dan menggunakan mesin portable,” kata Kepala Pelaksanan BPBD PPU, Budi Santoso melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD PPU, Nurlaila melalui keterangan resminya.
Itu juga dengan menggunakan sekira 75 set selang dengan masing-masingnya sepanjang 30 meter. Masalah ini disebabkan lokasi karhutla yang cukup jauh dengan sumber air. Ditambah, sumber air di dekat lokasi juga sudah mengering dalam cuaca kemarau ini.
Meski situasi sudah sepenuhnya terkendali, BPBD PPU tetap akan melakukan monitoring di lokasi pasca kejadian. Untuk memastikan kejadian ini tidak terus terulang, pun memastikan lagi penyelidikan penyebab kejadian.
Terpisah, Lurah Petung Achmac Fitriady menjelaskan di beberapa titik di RT 16 yang terbakar beberapa kali ini memang merupakan area lahan gambut. Yang kondisinya saat ini, dalam musim kemarau ini, sangat kering.
Maka tidak mengherankan pada lokasi tersebut sangat mudah terbakar. “Lahan di wilayah tersebut memang ketika musim kemarau sangat kering. Yang mengakibatkan, seperti ada yang membuang puntung rokok saja, memungkinkan untuk terjadinya kebakaran,” ungkapnya.
Meski begitu, Ady, sapaannya, tidak dapat memastikan penyebab sebenarnya kejadian ini terus terjadi di wilayah yang ia pimpin secara administratif itu. Sebab masih memerlukan kajian dan identifikasi lebih lanjut dari pihak yang berwenang.
Namun. “Mohon maaf, Saya juga tidak bisa memastikan kalau ini sengaja dibakar (untuk kepentingan pembukaan lahan), tapi kemungkinan cuaca panas ekstrem bisa saja dianggap menjadi penyebabnya. Walau sulit juga dipredikisi lahan itu bisa terbakar sendiri,” terangnya.
Adapun begitu, sepanjang memasuki bulan kemarau ini, Kelurahan Petung terus mengoptimalkan sosialisasi untuk mewaspadai potensi karhutla pada seluruh warganya. Pada setiap kesempatan, formil ataupun tidak, pemahaman untuk mencegah terjadinya kebakaran ini terus dilakukan.
“Kelurahan selalu menginformasikan dan menyosialisasikan kewaspadaan terhadap potensi karhutla terjadi, karena kerawanan sangat mungkin terjadi dalam kondisi cuaca akhir-akhir ini,” pungkas Ady. (SBK)