PPU – Penekanan kasus stunting di Penajam Paser Utara (PPU) benar-benar harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Tidak hanya fokus pada penanganan, namun juga berfokus pada mengantisipasi munculnya kasus baru.
Kasus stunting di Kaltim pada 2023 masuk dalam zona merah. Adapun saat ini rata-rata Nasional sebesar 24,4 persen, sementara di Kaltim 22,8 persen. PPU sendiri menyumbang angka stuntinf regional itu dengan jumlah prevalensi balita stunting 21,8 persen.
Nilai itu membuktikan bahwa posisinya masih jauh di bawah rata-rata nasional. Pemprov Kaltim memfokuskan angka prevalensi stunting di kabupaten dan kota dapat melandai menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
“Sedangkan PPU juga di targetkan tahun 2024 harus bisa 14 persen. Kita perlu tahu upaya pemerintah ini apa selama ini,” kata Pengurus Inti Relawan Sosial PPU, Ahmad Sukriansyah, Rabu (12/4/2023).
Ia menganggap pemerintah masih belum menaruh perhatian serius terhadap tingginya kasu ini. Selain itu, Pemkab PPU dianggapnya hanya fokus pada angka penurunannya.
Menurutnya, upaya yang perlu menjadi prioritas ialah soal pencegahan. Dengan memfokuskan program di sisi ini, maka penurunan angka kasus diyakini akan signfikan.
“Maka itu pemerintah daerah harus lebih getol merespons kasus ini. Stunting ini cukup pelik terjadi di PPU. Karena memang belum terlihat giat serius pemerintah saat ini,” tukasnya.
Ahmad bahkan mempertanyakan langkah apa yang sudah ditempuh pemerintah dalam membabat permasalahan ini. Ia memfokuskan kepeduliannya kepada masyarakat, khususnya pada generasi masa depan mengingat masih tingginya angka stunting di PPU.
Lanjutnya, isu stunting ini tidak boleh dianggap sepele. Sebab sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang generasi penerus bangsa. Dari sini pula, arah pembangunan sumber daya manusia (SDM) PPU dapat dipastikan.
Maka dari itu, Ahmad meminta pemerintah berteguh untuk memperbanyak gerakan ketimbang sekadar omongan. “Kalau saya berharap ada upaya pemerintah daerah untuk bisa menurunkan stunting ini secara komitmen tidak hanya cuap-cuap saja,” tegasnya.
Adapun yang saat ini telah diprogramkan, hendaknya juga semakin diintensifkan. Menyasar pada kaum ibu dengan bayinya.
“Juga dilakukan sosialisasi dan edukasi pada ibu hamil bahkan ke para wanita yang baru menikah. Diberikan pengertian akan pentingnya gizi yang cukup dalam keadaan hamil, sampai sedang menyusui,” pungkas Ahmad. (SBK)