spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ratusan Hektare Sawah PPU Gagal Panen, Petani Merugi Mencapai Rp 13 Miliar

PPU – Seluas 736 hektare sawah di Kecamatan Babulu, Penajam Paser Utara (PPU) terdampak banjir. Akibatnya, diperkirakan petani padi di wilayah tersebut merugi capai sekira Rp 13 miliar.

Lebih sepekan sudah banjir di kawasan perbatasan PPU – Paser akibat meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Telake. Setidaknya ada sembilan desa di Paser, yaitu Desa Long Kali, Kepala Telake, Toyu, Muara Pias, Munggu, Mendik, Bente Tualan, Long Kali, dan Sebakung V.

Sementara itu, di PPU wilayah yag terdampak ada Desa Sumber Sari dan Desa Gunung Makmur. Wilayah yang paling terdampak ialah kawasan pertanian padi, cabai dan semangka.

“Air mulai masuk ke persawahan pada Jumat (17/3/2023) dan ke pemukiman warga Sumber Sari pada Minggu kemarin akibat Sungai Long Kali meluap,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU, Marjani, Kamis (23/3/2023).

Ia menjelaskan, awal terjadi peningkatan TMA di kawasan perbatasan Desa Sumber Sari (PPU) dan Desa Sebakung Makmur (Kabupaten Paser). Kemudian melebar ke area persawahan di Desa Sumber Sari dan berpotensi meluas ke Desa Gunung Mulia (PPU), akibat kiriman air dari banjir yang terjadi di Kecamatan Long Kali Kabupaten Paser.

Baca Juga:   Jadi Tuan Rumah Pelaksanaan Rakorda PPPA Kaltim 2024, Sekkab PPU; Ajang Memperkuat Sinergitas

Sedangkan untuk pemukiman warga, lanjut Marjani, di RT 08 terdapat empat rumah dan di RT 09 terdapat satu rumah yang terendam banjir. Tidak sebanyak di kabupaten tetangga yang mencapai 150 rumah terendam.

“Untuk TMA (tinggi muka air) bervariasi, yakni di RT 08 kondisi dalam rumah sekitar 20 centimeter dan di halaman rumah sekitar 30 centimeter. Sedangkan di RT 09 TMA di dalam rumah sekitar 15 centimeter dan di halaman sekitar 30 centumeter,” katanya.

Sejak air masuk, sambungnya, hingga kini tim bersama relawan dan warga melakukan beberapa penanganan. Seperti membendung menggunakan karung diisi tanah yang ditumpuk-tumpuk antara 2-3 karung di sepanjang titik tempat masuknya air untuk menghambat laju air masuk ke Desa Sumber Sari.

Lebih lanjut, pihaknya juga telah menerima laporan dari perhitungan pemerintah desa (pemdes) masing-masing atas dampak yang ditimbulkan banjir kali ini. Dari data yang diterima, setidaknya ada 736 hektare sawah siap panen terendam.

Akibatnya, sudah dipastikan seluruhnya gagal panen. Bila dirata-ratakan 1 hektare menghasilkan 3 ton gabah kering dengan nilai Rp 6 juta, maka nilai kerugiannya ialah 2.208 ton atau setara denga Rp 13.248.000.000.

Baca Juga:   Olegun Gigs Vol 1 PPU Sukses Digelar, Wadah Musisi Lokal Unjuk Bakat

Menurutn data pula, Desa Sumber Sari yang sebelumnya bersama Desa Sebakung III ini menjadi wilayah yang mengalami dampak terparah. Di sana setidaknya ada sekira 328 hektare sawah, 9,25 hektare kebun cabai dan 8,5 hektare kebun semangka dipastikan gagal panen.

Dalam perhitungan, kerugian rata-rata petani akibat gagal panen kali ini mencapai sekira 984 ton gabah kering atau senilai sekira Rp 5,9 miliar untuk padi, 38,85 ton cabai atau sekira Rp 1,9 miliar untuk cabai serta 121,431 ton atau senilai Rp 850 juta untuk semangka.

“Banjir besar tahun ini bertepatan dengan musim tanam dan panen petani. Banjir besar ini terakhir terjadi pada 2021 lalu, namun saat itu bukan di musim panen. Jadi kerugiannya tidak sebesar ini,” tutup Marjani. (SBK)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER